Kisah Si Kaya Yang Kikir
Jumat, 24 Desember 2010
Comment
Agar Tidak bosan membaca kisah abu nawas, maka di sini aku selipkan dongeng lain yang tak kalah menarik untuk di baca.
Inilah Kisah Si Kaya yang Kikir.
Dahulu kala, tepatnya di Turki, hiduplah Pak Serkah dan keluarganya.
Pak Serkah ini bekerja sebagai pedagang keliling dan semua barang dagangannya itu dimasukkan ke dalam sebuah gerobak tua.
Pada suatu hario, setelah seharian berkeliling, dan dagangan Pak Serkah tidak laku terjual sama sekali.
Pak Serkah beristirahat sejenak di taman kota sambil termenung.
"Astaghfirullah...hari ini aku tidak beruntung.Tak satu pun daganganku terjual," gumannya dalam hati.
Tiba-tiba seorang kakek tua datang.
Dia berpakaian kumal, compang-camping, penuh tambalan dan membawa topi yang berisi beberapa keping uang receh.
Dialah seorang engemis.
"Maaf Kek!
Jujur, saya ingin membantu. Tapi dagangan saya tidak laku sama sekali.
Jadi saya tak memiliki uang." kata pak Serkah.
"Oh..terima kasih," jawab sang pengemis yang berlalu pergi.
"Tunggu dulu!
Kakek boleh mengambil salah satu barang dagangan saya ini.
Saya Ikhlas!" ujar Pak Serkah.
Kakek pengemis itu berbalik arah lagi lalu mengambil salah satu barang dari gerobak Pak Serkah.
"Terima kasih Nak!
Semoga Allah memberimu balasan yang lebih besar.
Tapi ingat, setelah kau menjadi kaya, sisihkanlah sebagian uangmu untuk beramal," ucap pengemis itu.
Jadi Kaya.
Tak berapa lama setelah kepergian kakek pengemis, sebuah bus berhenti di dekat Pak Serkah.
Semua penumpamg turun dan membeli dagangannya.
Semua habis terjual sampai kotak makan dan topi yang sudah sobek miliknya juga laku terbeli.
Pak Serkah lalu pulang ke rumahnya dengan wajah berseri-seri.
Sesampainya di rumah, ia disambut istri dan anaknya.
"Bapak terlihat bgitu bahagia?" tegur Ana.
"Mungkin semua dagangan bapak laku terjual," sahut Bu Umi, istri Pak Serkah.
"Benarkah seperti itu Pak?" tanya Ana lagi.
Pak Serkah hanya tersenyum sambil mengangguk.
Keesokan harinya Pak Serkah memasukkan barang dagangannya ke dalam gerobak.
Sama seperti kemarin, semua barang yang ditaruh di situ laku semua.
"Alhamdulillah...semua terjual." guman Pak Serkah dengan bangga.
Makin lama, penghasilan Pak Serkah semakin berlimpah.
Dalam mengolah penghasilannya, Pak Serkah membaginya menjadi 3 bagian.
Satu untuk keperluan keluarga, satu untuk belanja dagangan dan satunya untuk beramal.
Ini dilakukan sebagai bentuk mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya.
Lupa Diri
Namun sayangnya...ini tidak berlangsung lama.
Pak Serkah tak pernah beramal lagi.
Dia lebih fokus pada keperluan keluarga dan memenuhi barang dagangannya.
Pak Serkah boros.
Semuanya ingin dibeli tanpa memperhitungkan manfaatnya.
Hingga suatu ketika putrinya menegur Pak Serkah yang sudah berlebihan ini.
"Sekarang bapak tidak pernah beramal lagi?" tegur Ana saat berkumpul makan malam.
"Bapak masih ingin sedekah nak..tapi...," jawab Pak Serkah.
"Mengingat kebutuhan rumah tangga serta pemenuhan barang dagangan yang tinggi, bapak kesuliotan untuk meyisihkan uang," jawab Pak Serkah memberi alasan.
"Itu cuma alasan bapak saja.
"Ibu ingin kita bersedekah lagi ," pinta Ibu Umi.
"Sudahlah Bu...jangan memaksa!" jawab Pak Serkah.
"Dulu bapak sering mengingatkan Ana agar selalu bersedekah karena amal ibadah ini yang dianjurkan Allah SWT.
Tapi sekarang bapak lupa diri," sanggah Ana dengan kecewa.
"Kalian berdua sama saja.
Bapak lebih tahu bagaimana mengolah keuangan keluarga kita.
Sudah..jangan dibahas lagi!" bentak Pak Serkah kepada anak dan istrinya.
Pak Serkah tidak memperdulikan ucapan anak dan istrinya.
Ia tidak mau bersedekah lagi.
Namun anak dan istrinya tetap beramal dan berinfak meskipun harus sembunyi-sembunyi dan terkadang mengambil sebagian uang simpanan untuk disedekahkan.
Tobat
Hingga suatu hari....
Sepulang dari luar kota, ia menyadari bahwa uang simpanannya sebagian elah habis.
Ia pun mencoba menanyakan kepada istrinya.
"Bu...selama Bapak pergi ke luar kota apa ibu meninggalkan rumah dalam keadaan kosong?" tanya Pak Serkah.
"Tidak...ibu dan Ana di rumah saja. Memang kenapa?" tanya Ibu Umi heran.
"Uang di brangkas berkurang...apakah ibu tahu?" tanya Pak Serkah.
"Selama ini yang sering buka tutup brangkas kan bapak," jawab ibu Umi.
"Apakah ini hukuman dari Allah buat bapak bu...? Kemarin bapak juga kehilangan uang serta koper.
Belum lagi dagangan bapak juga dijarah perampok.
Tak ada satu orang pun yang menolong, tutur Pak Serkah sedih.
"Ini peringatan dari Allah agar Bapak tidak lupa diri.
Mulai sekarang perbaikilah sikap Bapak dan mulailah bersedekah lagi," nasehat sang istri.
"Iya Bu...terima kasih atas nasehatnya," ucap Pak Serkah.
Setelah kejadian itu, Pak Serkah mulai membiasakan diri lagi seperti dulu.
Ia menyisihkan sebagian penghasilannya untuk bersedekah.
Alhamdulillah Pak Serkah...Pak Serkah....
Dia sudah mau bertobat dan ingat lagi akan kekuasaan Allah yang meliputi segala sesuatu ya termasuk harta benda di dunia.
Bukankah ancaman Allah sangat jelas dalam Al Qur'an bagi orang kaya yang kikir harta untuk di sedekahkan.
Maaf..
Untuk nama yang tertera di cerita ini adalah fiktif belaka.
Maaf kalo ada kesamaan nama.
Thanks.
Inilah Kisah Si Kaya yang Kikir.
Dahulu kala, tepatnya di Turki, hiduplah Pak Serkah dan keluarganya.
Pak Serkah ini bekerja sebagai pedagang keliling dan semua barang dagangannya itu dimasukkan ke dalam sebuah gerobak tua.
Pada suatu hario, setelah seharian berkeliling, dan dagangan Pak Serkah tidak laku terjual sama sekali.
Pak Serkah beristirahat sejenak di taman kota sambil termenung.
"Astaghfirullah...hari ini aku tidak beruntung.Tak satu pun daganganku terjual," gumannya dalam hati.
Tiba-tiba seorang kakek tua datang.
Dia berpakaian kumal, compang-camping, penuh tambalan dan membawa topi yang berisi beberapa keping uang receh.
Dialah seorang engemis.
"Maaf Kek!
Jujur, saya ingin membantu. Tapi dagangan saya tidak laku sama sekali.
Jadi saya tak memiliki uang." kata pak Serkah.
"Oh..terima kasih," jawab sang pengemis yang berlalu pergi.
"Tunggu dulu!
Kakek boleh mengambil salah satu barang dagangan saya ini.
Saya Ikhlas!" ujar Pak Serkah.
Kakek pengemis itu berbalik arah lagi lalu mengambil salah satu barang dari gerobak Pak Serkah.
"Terima kasih Nak!
Semoga Allah memberimu balasan yang lebih besar.
Tapi ingat, setelah kau menjadi kaya, sisihkanlah sebagian uangmu untuk beramal," ucap pengemis itu.
Jadi Kaya.
Tak berapa lama setelah kepergian kakek pengemis, sebuah bus berhenti di dekat Pak Serkah.
Semua penumpamg turun dan membeli dagangannya.
Semua habis terjual sampai kotak makan dan topi yang sudah sobek miliknya juga laku terbeli.
Pak Serkah lalu pulang ke rumahnya dengan wajah berseri-seri.
Sesampainya di rumah, ia disambut istri dan anaknya.
"Bapak terlihat bgitu bahagia?" tegur Ana.
"Mungkin semua dagangan bapak laku terjual," sahut Bu Umi, istri Pak Serkah.
"Benarkah seperti itu Pak?" tanya Ana lagi.
Pak Serkah hanya tersenyum sambil mengangguk.
Keesokan harinya Pak Serkah memasukkan barang dagangannya ke dalam gerobak.
Sama seperti kemarin, semua barang yang ditaruh di situ laku semua.
"Alhamdulillah...semua terjual." guman Pak Serkah dengan bangga.
Makin lama, penghasilan Pak Serkah semakin berlimpah.
Dalam mengolah penghasilannya, Pak Serkah membaginya menjadi 3 bagian.
Satu untuk keperluan keluarga, satu untuk belanja dagangan dan satunya untuk beramal.
Ini dilakukan sebagai bentuk mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya.
Lupa Diri
Namun sayangnya...ini tidak berlangsung lama.
Pak Serkah tak pernah beramal lagi.
Dia lebih fokus pada keperluan keluarga dan memenuhi barang dagangannya.
Pak Serkah boros.
Semuanya ingin dibeli tanpa memperhitungkan manfaatnya.
Hingga suatu ketika putrinya menegur Pak Serkah yang sudah berlebihan ini.
"Sekarang bapak tidak pernah beramal lagi?" tegur Ana saat berkumpul makan malam.
"Bapak masih ingin sedekah nak..tapi...," jawab Pak Serkah.
"Mengingat kebutuhan rumah tangga serta pemenuhan barang dagangan yang tinggi, bapak kesuliotan untuk meyisihkan uang," jawab Pak Serkah memberi alasan.
"Itu cuma alasan bapak saja.
"Ibu ingin kita bersedekah lagi ," pinta Ibu Umi.
"Sudahlah Bu...jangan memaksa!" jawab Pak Serkah.
"Dulu bapak sering mengingatkan Ana agar selalu bersedekah karena amal ibadah ini yang dianjurkan Allah SWT.
Tapi sekarang bapak lupa diri," sanggah Ana dengan kecewa.
"Kalian berdua sama saja.
Bapak lebih tahu bagaimana mengolah keuangan keluarga kita.
Sudah..jangan dibahas lagi!" bentak Pak Serkah kepada anak dan istrinya.
Pak Serkah tidak memperdulikan ucapan anak dan istrinya.
Ia tidak mau bersedekah lagi.
Namun anak dan istrinya tetap beramal dan berinfak meskipun harus sembunyi-sembunyi dan terkadang mengambil sebagian uang simpanan untuk disedekahkan.
Tobat
Hingga suatu hari....
Sepulang dari luar kota, ia menyadari bahwa uang simpanannya sebagian elah habis.
Ia pun mencoba menanyakan kepada istrinya.
"Bu...selama Bapak pergi ke luar kota apa ibu meninggalkan rumah dalam keadaan kosong?" tanya Pak Serkah.
"Tidak...ibu dan Ana di rumah saja. Memang kenapa?" tanya Ibu Umi heran.
"Uang di brangkas berkurang...apakah ibu tahu?" tanya Pak Serkah.
"Selama ini yang sering buka tutup brangkas kan bapak," jawab ibu Umi.
"Apakah ini hukuman dari Allah buat bapak bu...? Kemarin bapak juga kehilangan uang serta koper.
Belum lagi dagangan bapak juga dijarah perampok.
Tak ada satu orang pun yang menolong, tutur Pak Serkah sedih.
"Ini peringatan dari Allah agar Bapak tidak lupa diri.
Mulai sekarang perbaikilah sikap Bapak dan mulailah bersedekah lagi," nasehat sang istri.
"Iya Bu...terima kasih atas nasehatnya," ucap Pak Serkah.
Setelah kejadian itu, Pak Serkah mulai membiasakan diri lagi seperti dulu.
Ia menyisihkan sebagian penghasilannya untuk bersedekah.
Alhamdulillah Pak Serkah...Pak Serkah....
Dia sudah mau bertobat dan ingat lagi akan kekuasaan Allah yang meliputi segala sesuatu ya termasuk harta benda di dunia.
Bukankah ancaman Allah sangat jelas dalam Al Qur'an bagi orang kaya yang kikir harta untuk di sedekahkan.
Maaf..
Untuk nama yang tertera di cerita ini adalah fiktif belaka.
Maaf kalo ada kesamaan nama.
Thanks.
0 Response to "Kisah Si Kaya Yang Kikir"
Posting Komentar