-->

Life Style

Kisah Taubat Seorang Petinggi

Kisah Taubat Seorang Petinggi

Sari As-Saqati bercerita bahwa pada suatu hari dia sedang memberi arahan di sebuah masjid jamik.Tiba-tiba datang seorang pemuda dengan pakaian yang mewah dan dikawal oleh beberapa orang pengiring. Dia duduk di masjid itu dan mendengarkan syarahan.

Ketika itu Sari berkata: “Adalah suatu keajaiban bagi orang yang sangat lemah berani menentang orang yang sangat kuat.”

Wajah si pemuda berubah sebaik saja mendengar ucapan Sari, dan terus pulang. Keesokan harinya Sari mengajar lagi sebagaimana biasa. Pemuda yang semalam datang dengan berpakaian mewah, sekarang hanya memakai pakaian biasa dan tanpa pengawal.

“Wahai tuan guru! Apakah maksud perkataan tuan yang semalam itu?” tanya orang muda itu kepada Sari.

“Tidak ada yang lebih kuat selain Allah, dan tidak ada yang lebih lemah selain manusia. Akan tetapi manusia berani menentang Allah dengan bermaksiat kepada-Nya. Bukankah itu suatu keajaiban?” Jawab Sari.

Pemuda itu tertunduk mengingatkan dosa-dosa yang telah dilakukannya, kemudian dia pulang dengan seribu tanda tanya di hatinya, apakah Allah mau mengampunkan dosa-dosa yang pernah dilakukannya itu? Apakah Allah akan menerima taubat nya? Keesokan harinya dia telah datang lagi kepada Sari.

“Wahai tuan Sari! Tunjukkan kepada saya jalan menuju Allah,” kata pemuda itu.

“Ada dua cara untuk sampai kepada Allah. Yang pertama dengan mengerjakan semua yang terkandung di dalam Al-Quran, yakni solat, zakat, puasa, haji dan lain-lain pekerjaan. Yang kedua dengan cara meninggalkan segala-galanya selain Allah, kemudian dia tidak tinggal melainkan hanya di masjid atau di tempat-tempat yang sunyi dengan menghabiskan masa untuk beribadah kepada Allah.”

“Kalau begitu, aku tidak akan menempuh melainkan jalan yang lebih dekat,” kata pemuda itu.

Selepas berkata demikian, pemuda itupun keluar menuju padang pasir dan menghabiskan masanya untuk beribadah kepada Allah serta memohon ampun atas segala dosa yang pernah ia lakukan.

Beberapa hari kemudian orang-orang dari istana sibuk mencari Setia usaha Kerajaan yang tidak pulang ke istana. Orang yang mengetahui dia mendengarkan syarahan Sari As-Saqati, datang dan bertanya kepadanya.

“Tuan guru Sari tahukah tuan kemana perginya pemuda yang datang ke sini beberapa hari yang lalu?”

“Aku tidak tahu, melainkan ada seorang pemuda sifatnya begini dan begitu,” jawab Sari.

“Dia itulah Ahmad bin Yazid, Setia usaha Kerajaan ini,” jawab mereka.

Sari As-Saqati menerangkan bahawa si pemuda telah memilih jalan pintas menuju Allah. Dia sekarang tengah beribadah, diharap pihak istana jangan risau.

Sementara ibu si pemuda itu agak kecewa kerana gara-gara Sari As-Saqati anaknya telah meninggalkan jawatannya sebagai orang kanan kerajaan dan menjadi seorang sufi.

Apabila pemuda itu datang, Sari segera memberitahukan kepada keluarganya. Merekapun datang. Si ibu menangis melihat keadaan anaknya yang hidup glamour itu tiba-tiba memakai baju kasar dan buruk sebagaimana biasanya seorang sufi. Mereka cuba memujuk si pemuda agar meneruskan pekerjaannya lagi, namun dia sudah tidak mau.


“Engkau telah membuatku menjadi janda dan anak kita menjadi yatim padahal engkau masih hidup,” kata isteri lelaki itu. “Bawalah anak ini ke mana engkau pergi.”

Lelaki itu lalu menanggalkan pakaian mewah anaknya dan ditukarnya dengan pakaian kasar seperti seorang darwis. Melihat itu, si ibu langsung menyambar anaknya dan menanggalkan baju kasar di badannya, lalu digantikannya dengan baju istana. Kemudian mereka meninggalkan Setia usaha Kerajaan yang telah menjadi Darwis itu masuk ke hutan belantara.

Beberapa hari kemudian ada orang datang kepada Sari memberitahukan bahwa bekas Setia usaha Kerajaan itu sedang terbaring di atas tanah perkuburan dan meminta tuan guru Sari agar datang ke sana. Sesampainya di sana, Sari mendapati pemuda itu sedang nazak di atas tanah.

“Tuan datang agak lambat,” kata pemuda itu kepada Sari. Selepas menyebut Kalimah Tauhid, pemuda itupun meninggal dunia.

Sari As-Saqati segera pulang untuk memberitahukan orang ramai dan mengambil alat-alat pengkebumian, tapi sesampainya di tengah jalan dia telah berjumpa dengan orang ramai lengkap membawa alat-alat untuk penyelenggaraan jenazah. Mereka mendakwa telah mendengar suara bahwa Setiusaha Kerajaan telah meninggal dunia sebagai hamba yang dicintai Allah.

0 Response to "Kisah Taubat Seorang Petinggi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel