Pelajaran Dari Semut
Minggu, 15 September 2013
Comment
Seekor semut berjuang membawa potongan kue untuk persediaan makanannya. Dengan susah payah ia pikul potongan kue itu di atas pundaknya. Padahal ukuran kue itu jauh lebih besar dari tubuhnya. Tanpa mengenal lelah si semut menggotong potongan kue itu meskipun harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk ukuran seekor semut. Medan yang cukup berat harus ia lalui. Ia lewati batang pohon yang cukup tinggi. Tembok rumah pun mesti ia susuri demi menyelamatkan potongan kuenya. Terkadang ia harus melewati lubang yang menganga lebar. Pada suatu titik, si semut pun harus berputar arah karena jalan yang dilewatinya terhalang bongkahan batu. Ancaman kematian juga harus ia hadapi dalam perjalanannya. Bisa saja tiba-tiba ia disambar cicak yang lapar. Atau mungkin saja tangan jahil manusia menepuknya karena biasanya semut dianggap sebagai binatang yang mengganggu. Karena itu, Ia pun acapkali menghentikan langkahnya agar perjalananannya tidak menjadi perhatian orang-orang.
Setelah beberapa saat menggotong potongan kuenya, akhirnya sampailah si semut ke tempat tujuannya, yakni sebuah lubang seukuran tubuhnya yang terletak di ujung tembok. Itulah rumah yang selama ini ia jadikan tempat beristirahat dan berkumpul bersama teman-temannya.
Rupanya di sini si semut mendapat hambatan yang cukup berat. Ia tidak bisa membawa potongan kue itu ke dalam lubang. Bagaimana mungkin ia dapat membawa bongkahan kue ke dalam lubang yang berukuran kecil. Sungguh sangat mustahil. Namun, usaha terus dilakukan. Setelah berusaha berkali-kali dan tidak berhasil, tanpa berpikir panjang, potongan kue itu akhirnya ditinggalkan begitu saja dan si semut pun masuk ke dalam lubang. Ia pun beristirahat dan berkumpul bersama teman-temannya.
Sepertinya tidak ada yang disesali oleh si semut atas apa yang dilakukannya. Meskipun ia sudah bersusah payah memikul potongan kue dengan jarak yang cukup jauh, namun bukan sebuah kegagalan bila di akhir tujuan ia tidak bisa menikmati hasil jerih payahnya tersebut.
Mari kita renungkan, tidakkah hidup kita juga seperti semut tadi? Selama hidup di dunia ini kita berjuang, peras keringat banting tulang, berhadapan dengan rintangan dan tantangan, bahkan terkadang harus berhadapan dengan bahaya kematian. Namun apakah semua yang kita perjuangkan itu dapat kita bawa ketika kita pulang menghadap Sang Pencipta? Jawabannya, tentu tidak. Semua itu kita lakukan sebagai bentuk ikhtiar kita dalam menjalani hidup ini. Bagaimanapun kita mesti berupaya menghidupi diri dan keluarga kita karena mau tidak mau kita sedang menjalankan hidup di alam dunia ini. Namun, setelah kita memasuki akhir dari hidup kita alias masuk ke lubang kubur, semua itu kita tinggalkan tanpa kita menyesalinya.
"Dan carilah dengan apa yang dianugerahkan Allah kepada engkau akan negeri akhirat dan janganlah engkau melupakan bagianmu di dunia, dan berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah engkau berbuat bencana di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang berbuat bencana."(QS.Al-Qashash: 77)
0 Response to "Pelajaran Dari Semut"
Posting Komentar