Kejujuran Abu Nawas Diuji Jin
Minggu, 05 Juli 2015
Abu Nawas dikenal juga karena kejujurannya, namun tak semuanya percaya begitu saja. Diantara yang tidak percaya dengan kejujuran Abu Nawas adalah kaum jin.
Abu Nawas selalu saja berhasil mematahkan teka-teki dengan sasaran yang tepat serta dapat diterima oleh akal. Sepak terjangnya yang demikian itulah membuat penasaran kaum jin dan ingin mengujinya.
Mereka para jin akhirnya sepakat untuk memberi pengujian kepada Abu Nawas, apakah benar-benar jujur atau tidak. Nah, apakah Abu Nawas lulus dalam uji kejujuran itu?
Dahulu Abu Nawas pernah bekerja sebagai tukang kayu di kampungnya. Dengan pekerjaannya tersebut, ia sering menebang kayu di hutan belantara. Dan karena ia teledor, kapak kesukaannya yang ia gunakan untuk menebang kayu malah jatuh masuk ke jurang yang sangat dalam letaknya.
Kejadian itu membuat Abu Nawas bersedih hati karena kapak itu adalah satu-satunya peralatan yag dipunyainya dan ia belum mempunyai pengganti.
Tanpa kapaknya, otomatis ia tidak bisa bekerja seperti biasanya.
Dalam perasaan yang sangat sedih itu, tiba-tiba datanglah jin yang menyamar menjadi seorang laki-laki berbaju putih. Jin itu datang dan menggoda Abu Nawas yang kondisinya mulai labil.
"Hai Abu Nawas, kenapa kamu kelihatan sediah sekali?" tanya jin.
"Iya,apak saya sebagai satu-satunya alat untuk bekerja telah jatuh ke jurang. Kalau begini, bagaimana saya bisa bekerja lagi?"jawab Abu Nawas sedih.
"Oh begitu, saya akan bantu untuk mengambilkannya untukmu," kata jin.
Terbersit di benak jin untuk memberikan kapak yang lain yang terbuat dari ems, apa reaksi Abu Nawas nantinya.
"Wahai Abu Nawas, apakah ini kapakmu?" tanya jin.
"Bukan, kapak saya jelek kok," jawab Abu nawas.
Sesaat kemudian jin membnerikan kapak kedua yang terbuat dari perak. Namun Abu Nawas tetap saja tak mengakui.
"Bukan, bukan itu. Kapak saya sudah jelek kok!" tegasnya.
Mendengar jawaban seperti itu, sang jin menjadi senang karena ternyata Abu Nawas benar-benar seorang yang jujur.
"Hai Abu Nawas, kenapa kamu ini begitu jujur, apa tidak mau aku barang yang lebih baik?" tanya jin.
"Rasa syukur?"tanya jin dengan heran.
"Ya, karena rasa syukur itulah yang membuatku tidak mau mengambil barang yang bukan hakku, "tegas Abunawas.
"Wahai Abu Nawas, karena rasa syukurmu itu, maka ketiga kapak ini aku berikan kepadamu,"kata jin.
Kemudian Abu Nawas pergi sambil membawa ketiga kapak itu.
Abu Nawas selalu saja berhasil mematahkan teka-teki dengan sasaran yang tepat serta dapat diterima oleh akal. Sepak terjangnya yang demikian itulah membuat penasaran kaum jin dan ingin mengujinya.
Mereka para jin akhirnya sepakat untuk memberi pengujian kepada Abu Nawas, apakah benar-benar jujur atau tidak. Nah, apakah Abu Nawas lulus dalam uji kejujuran itu?
Berikut ini Kisahnya
Dahulu Abu Nawas pernah bekerja sebagai tukang kayu di kampungnya. Dengan pekerjaannya tersebut, ia sering menebang kayu di hutan belantara. Dan karena ia teledor, kapak kesukaannya yang ia gunakan untuk menebang kayu malah jatuh masuk ke jurang yang sangat dalam letaknya.
Kejadian itu membuat Abu Nawas bersedih hati karena kapak itu adalah satu-satunya peralatan yag dipunyainya dan ia belum mempunyai pengganti.
Tanpa kapaknya, otomatis ia tidak bisa bekerja seperti biasanya.
Dalam perasaan yang sangat sedih itu, tiba-tiba datanglah jin yang menyamar menjadi seorang laki-laki berbaju putih. Jin itu datang dan menggoda Abu Nawas yang kondisinya mulai labil.
"Hai Abu Nawas, kenapa kamu kelihatan sediah sekali?" tanya jin.
"Iya,apak saya sebagai satu-satunya alat untuk bekerja telah jatuh ke jurang. Kalau begini, bagaimana saya bisa bekerja lagi?"jawab Abu Nawas sedih.
"Oh begitu, saya akan bantu untuk mengambilkannya untukmu," kata jin.
Sebuah Kapak Biasa
Tak berapa lama kemudian, sang jin pun turun ke bawah jurang. Ternyata jin tersebut memiliki keinginan untuk menguji kejujuran Abu Nawas yang sering didengarnya.Terbersit di benak jin untuk memberikan kapak yang lain yang terbuat dari ems, apa reaksi Abu Nawas nantinya.
"Wahai Abu Nawas, apakah ini kapakmu?" tanya jin.
"Bukan, kapak saya jelek kok," jawab Abu nawas.
Sesaat kemudian jin membnerikan kapak kedua yang terbuat dari perak. Namun Abu Nawas tetap saja tak mengakui.
"Bukan, bukan itu. Kapak saya sudah jelek kok!" tegasnya.
Mendengar jawaban seperti itu, sang jin menjadi senang karena ternyata Abu Nawas benar-benar seorang yang jujur.
"Hai Abu Nawas, kenapa kamu ini begitu jujur, apa tidak mau aku barang yang lebih baik?" tanya jin.
Rasa Bersyukur
"Pak, sesungguhnya aku telah bersyukur pada apa yang aku miliki. Aku tidak ingin mendapatkan sesuatu yang bukan hakku. Bagiku, kapak yang jelek itu adalah milikku. Dengan kapak itulah aku bisa bekerja secara halal dan mendapatkan kayu untuk aku jual, "terang Abu Nawas."Rasa syukur?"tanya jin dengan heran.
"Ya, karena rasa syukur itulah yang membuatku tidak mau mengambil barang yang bukan hakku, "tegas Abunawas.
"Wahai Abu Nawas, karena rasa syukurmu itu, maka ketiga kapak ini aku berikan kepadamu,"kata jin.
Kemudian Abu Nawas pergi sambil membawa ketiga kapak itu.