-->

Life Style

08. Kisah Nabi Ismail AS.

08. Kisah Nabi Ismail AS.

Siapakah Nabi Ismail As itu?
Nabi Ibrahim mempunyai dua istri. Istri pertama bernama Sarah. Istri kedua bernama Hajar. Sarah melahirkan seorang anak laki-laki dinamakan Iskak, Hajar melahirkan Ismail.

Sarah merasakan kurang senang hidup bersama Hajar. Berkali-kali ia minta kepada suaminya agar Hajar dan anaknya dipindah saja ke tempat lain. Nabi Ibrahim tidak segera menuruti permintaannya. Barulah setelah menerima perintah Allah, Ibrahim mengajak Hajar dan Ismail pindah ke Mekkah...

Ismail pada waktu itu masih menyusui. la terpaksa harus ikut kedua orang tuanya menempuh perjalanan jauh. Perjalanan yang melelahkan.

Hajar dan Ismail diletakkan didaerah yang tandus, padang pasir yang sunyi dan terik matahari yang menyengat kulit. Tak ada seorangpun kecuali mereka berdua. 

Asal Usul Telaga Zam-Zam
Karena di sekitar tempat itu tak ada mata air, sedang perbekalan sudah habis. Ismail pun merasa kehausan. la menangis karena tak kuat menahan rasa haus.
"Sabarlah anakku, Ibu akan mencari air untukmu." demikian kata Hajar sambil berlari-lari mencari air....

"Ya Tuhan, tolonglah hamba-Mu ini, yang sedang dalam bahaya kematian: Kami bertambah payah, lemah dan kehausan." Hajar berlari ke gunung Shafa tetapi tidak terdapat air. Kemudian turun dan naik lagi ke gunung Marwa. Tak ada setetes air pun.

Dengan berlinang air mata ia berkata : "Oh, sabarlah anakku sabar”!

Tiba-tiba tak jauh dari Ismail nampak seorang lelaki datang menghampiri. Lelaki itu menjejakkan kakinya ke tanah maka keluarlah air yang berlimpah-limpah dan memancar kesegenap penjuru. Lelaki tersebut tak lain adalah malaikat yang diutus Allah.

Hajar segera berlari ke tempat itu untuk mengambil air. Dengan demikian terhindarlah Ismail dari kematian karena haus.

Lelaki yang tak lain adalah malaikat Jibril itu kemudian berkata"Zam-Zam ! Zam-Zam !" Artinya berkumpullah. Maka airpun berkumpul menjadi mata air yang sejak saat itu disebut Telaga Zam-Zam.

Ujian Bagi Nabi Ibrahim dan Ismail
Setelah beberapa tahun Nabi Ibrahim meninggalkan anak dan isterinya di padang pasir yang tandus, ia pun merasa rindu.

Setiap kali ia mengirim utusan melihat keadaan anak dan isterinya, setiap itu pula ia merasa lega. Ternyata dari para utusan itu ia dapat keterangan bahwa Hajar dan Ismail dalam keadaan baik-baik saja. Anak dan istrinya dianggap pemilik dan pemimpin di Mekkah. Karena istri dan anaknya itulah yang pertama kali menetap dan bertempat tinggal di sana...

Demikianlah, Ibrahim akhirnya tak dapat menahan kerinduannya yang selama ini terpendam. la berangkat ke Makkah dan bertemu dengan Hajar dan Ismail di Padang Arafah. Anak dan istrinya sedang, menggembalakan ternak yang cukup banyak. la merasa lega bercampur haru, ternyata kehidupan istri dan anaknya tidak kurang suatu apapun, tampaknya malah serba kecukupan.

Dalam perjalanan pulang ke Makkah, ketiga anak manusia itu beristirahat di Muzdalifah karena lelelahan. Perjalanan antara Palestina dan Mekkah bukanlah jarak yang dekat. Maka ia tertidur saking lelahnya.

Dalam tidurnya yang hanya sebentar itu ia mendapat wahyu melalui mimpi. Bahwa ia diperintah Allah supaya menyembelih Ismail. Ya, Ismail harus dikorbankan sebagai bukti tunduk patuhnya Ibrahim kepada Tuhannya.

Begitu terbangun ia berdebar-debar. Ujian kali ini benar-benar berat. la begitu menyayangi Ismail, tapi Tuhan menghendaki anak yang sangat dicintainya itu untuk dijadikan korban.

Betapa berat cobaan ini. Lama ia mendambakan anak sebagai penerus generasinya. Ismail adalah anaknya yang pertama, sebelumnya dari perkawinannya dengan Sarah ia belum dikarunia anak walau usianya sudah sangat lanjut. Kini setelah mendapat anak itu harus dikorbankan?

Agak ragu, namun akhirnya ia menguatkan hati demi rasa cintanya yang lebih besar kepada Tuhan. la beritahukan mimpi itu kepada Ismail.

"Wahai Ismail, aku tadi malam diperintah Allah untuk menyerahkanmu sebagai korban: Aku harus menyembelihmu sekarang, bagaimanakah pendapatmu, Nak ?" kata Ibrahim.

"Wahai ayah, sekiranya itu perintah Allah maka laksanakanlah apa yang diperintahkan itu, dan aku akan tetap sabar dan ikhlas," jawab Ismail.

Dikisahkan betapa Iblis berusaha merintangi perintah Allah kepada Ibrahim. Ibrahim, Hajar dan Ismail berkali-kali dibujuk agar tidak mau melaksanakan perintah itu.Namun ketiganya tetap melaksanakan perintah Allah. Godaan Iblis yang demikian dahsyat tak mampu merun­tuhkan mereka.

Ismail dibawa ke atas bukit. Wajahnya ditutup kain putih.Pedang sudah disiapkan, ketika pedang itu berada di atas leher Ismail. Hampir menempel, tiba-tiba tubuh Ismail diganti dengan seekor kambing yang gemuk. Malaikat jibril yang melakukannya. Dengan demikian selamatlah Ismail dari penyembelihan.

Allah berfirman kepada Ibrahim "Hai Ibrahim, kau sudah melaksanakan perintah-Ku dengan ikhlas. Dan sekarang sebagai gantinya Aku berikan binatang tenak untuk disembelih. Ini adalah cobaan yang sangat besar bagimu."

Peristiwa itu terjadi pada tanggal 10 Dzulhijah di Mina. Hingga sekarang dirayakan ummat Islam sebagai Hari Raya Korban. Ummat Islam yang melaksanakan ibadah haji juga melakukan korban di Mina sebagai penghormatan atas Nabi Ibrahim.

Petunjuk Dalam Memilih Istri
Semakin hari semakin banyak orang yang menetap di sekitar sumur Zam-zam. Umur Ismail semakin bertambah. Sesudah tiba saatnya ia dikawinkan dengan wanita Jurhum.

Pada suatu hari Ibrahim mengunjungi rumah Ismail. Pada waktu itu Ismail sedang bepergian keluar rumah. Hanya isterinya yang ada dirumah.

Dimana Ismail ?" tanya Ibrahim.....

"Ismail sedang keluar untuk berburu, "jawab istri Ismail.

"Bagaimana keadaan rumah ini ?" tanya Ibrahim lagi.

"Aduh," keluh wanita itu." Rumah ini dalam keadaan kesulitan dan kesempitan."

Wanita itu kemudian menceritakan keburukan dan kekurangan Ismail.

"Apakah kamu mempunyai jamuan ?" tanya Ibrahim.

"Aku tidak punya makanan dan minuman, aku tidak punya apa-apa."jawab wanita itu :

Betapa kecewa Ibrahim melihat penampilan istri anaknya itu. Wanita itu tidak menghormati suaminya dengan menceritakan kekurangan suaminya sendiri tanpa tersisa.

Sebelum pamit Ibrahim berpesan kepada wanita itu "'Katakan kepada suamimu bahwa ambang pintu sebelah ini cepat diganti.

Ketika Ismail datang diceritakan semua yang terjadi kepada suaminya, juga wasiat ayahnya.

Ismail mengangguk, kemudian berkata pada istrinya: "Maksud ayahku, aku harus menceraikanmu. Kamu harus pulang ke rumah keluargamu."

Sesudah bercerai dengan wanita itu Ismail kawin lagi dengan wanita lain. Kali ini istrinya berbudi mulia, mukanya selalu manis dan ramah.

Ketika Ibrahim berkunjung disambutnya dengan ramah tamah dan tidak menceritakan kejelekan serta kekurangan Ismail. Sebelum pergi Ibrahim berpesan kepada menantunya itu : "Katakan kepada suamimu : Ambang pintu jangan diganti"

Bahasa isyarat itu cepat dimengerti oleh Ismail. Kali ini ayahnya menyetujui perkawinannya. Istrinya kali ini adalah pilihan yang tepat.

Ismail hidup berbahagia dengan istrinya itu. la mempunyai beberapa keturunan. Dari keturunannya inilah akan lahir seorang Nabi penutup yaitu Nabi Muhammad SAW.

Mendirikan Ka’bah
Pada suatu hari Ibrahim mendapat perintah untuk mendirikan Ka'bah di dekat Telaga Zam-zam. Diberitahukan hal itu kepada Ismail. Maka keduanya sepakat untuk membangun Rumah Allah yang akan diper­gunakan untuk beribadah.

Mereka membangun Ka'bah tersebut dengan tangan-tangan mereka sendiri. Diangkutnya batu dan pasir serta bahan-bahan lainnya dengan tenaga yang ada padanya....

Setiap usai bekerja mereka berdo'a kepada Allah : "Ya Allah terimalah persembahan kami ini. Engkau Maha mendengar dan Maha Mengetahui. Wahai Tuhan kami jadikanlah kami berdua orang yang tunduk dan patuh kepada Engkau, begitu pula anak dan keturunan kami semua menjadi ummat yang tunduk dan patuh, tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah kami, dan terimalah taubat kami. Sesung­guhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat Iagi Maha Penyayang."

Pada saat membangun rumah suci itu, Ibrahim dan Ismail meletakkan sebuah batu besar berwarna hitam mengkilat. Dan sebelum meletakkannya batu itu diciuminya sambil mengelilingi bangunan Ka'bah. Batu tersebut sampai sekarang masih ada dan dinamakan Hajar Aswad.

Setelah bangunan itu selesai, Allah mengajarkan kepada Ibrahim dan Ismail tata cara beribadah menyembah Allah. Tata cara ibadah yang diajarkan Ibrahim dan Ismail inilah yang juga akan diajarkan kepada Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul yang akan datang hingga Nabi Muhammad SAW.

Perintah Khitan
Ketika Nabi Ibrahim berumur sembilan puluh tahun dan Ismail berumur 13 tahun, beliau mendapat perintah Allah untuk melakukan khitan atau sunat. Khitan ini terus dilakukan oleh nabi-nabi sesudahnya, Termasuk ajaran Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW. Dengan Khitan terhindarlah seseorang dari penyakit kelamin dan menambah nikmatnya hubungan suami-istri....

Konon, karena usianya sudah lanjut maka khitannya Nabi Ibrahim dilakukan dengan Kampak.

Nabi Ibrahim disebut sebagai Khalilullah. Beliau menaruh perhatian besar terhadap kaum fakir miskin. Beliau suka makan bersama-sama. Jika beliau hendak makan maka beliau berjalan berkilo-kilometer untuk mencari orang untuk diajak makan bersama. Memang makan bersama bisa menimbulkan berkah.

0 Response to "08. Kisah Nabi Ismail AS."

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel