Abu Nawas Dituduh Mencuri
Kamis, 29 September 2016
Abu Nawas memang sangat terkenal dengan kecerdikannya dalam memecahkan masalah yang pelik. Begitu juga dengan kisah yang satu ini, Abu Nawas ditimpa masalah, difitnah dan dituduh mencuri.
Akankah Abu Nawas mampu menyelesaikan perkara ini? Berikut kisahnya.
"Yang mulia, aku ingin melaporkan perbuatan buruk salah satu orang kepercayaan Anda, "kata si Fulan.
"Siapakah dia dan apa yang telah diperbuatnya? "tanya raja.
"Dia adalah orang kepercayaan Paduka, yaitu Abu Nawas. Dia telah melakukan perbuatan keji, yaitu mencuri kalung emas saya, "jawab si Fulan.
Raja pun terkejut, dan meminta si Fulan menceritakan kronologisnya.
"Begini yang mulia, sepertinya Abu Nawas sudah lama mengincar kalung emas saya. Awalnya ia ingin memebeli kalung tersebut, namun hamba tidak ingin menjualnya, "terang si Fulan.
Mendengar hasutan orang tersebut, Abu Nawas pun langsung dipanggil ke istana. Sesampainya di istana, raja memerintahkan prajurit untu memenjarakan Abu Nawas.
"Tunggu sebentar Paduka, sebenarnya ini ada apa hingga pada begitu marah kepada saya, "bela Abu Nawas sembari kebingungan.
Mendengar ucapan Abu Nawas tersebut, raja langsung murka,
"Berani sekali kamu bertanya seperti itu, bukankah kamu sudah mencuri kalung si Fulan?" bentak raja sambil menunjuk si Fulan yang tak jauh dari raja.
"Tidak Paduka, untuk apa saya mencuri kalungnya? "bantah Abu Nawas.
Abu Nawas mulai sadar bahwa dirinya telah difitnah.
"Buktinya, orang ini membawa selendang milikmu, dan aku pernah melihatnmu memakainya, "kata raja.
Abu Nawas memang pemilik selendang tersebut, namun sudah dua hari lamanya selendang tersebut hilang dicuri oleh seseorang.
Dia sudah mencoba menjelaskan beberapa kali sampai lama, namun kayaknya usahanya sia-sia saja.
Pada keesokan harinya, dan karena banyaknya hasutan yang dilontarkan si Fulan kepada raja, akhirnya Abu Nawas dijatuhi hukuman mati. Selain itu, baginda juga ingin menguji kepandaianh Abu Nawas dalam perkara ini.
Saatnya hukuman mati diberikan. Sesaat sebelum hukuman mati dilaksanakan, raja sempat menanyakan apa permintaan terakhir Abu Nawas ini.
Dan oh ternyata saat-saat ini yang palking ditunggu oleh Abu Nawas. Abu Nawas minta agar diberi kesempatan untuk memilih hukuman mati dirinya.
"Hamba minta bila pilihan hamba benar, hamba bersedia dihukum pancung. Tapi jika pilihan hamba dianggap salah, maka hamba dihukum gantung saja, "kata Abu Nawas memohon.
"Engkau ini memang orang yang aneh. Saat-saat genting pun masih saja sempat bersenda gurau. Akan tetapi, dsegala tipu muslihatmu tidak akan bisa menyelematkanmu, "ujar baginda.
"Hamba tidak bersenda gurau, Paduka, "kata Abu Nawas.
Raja pun semakin terpingkal-pingkal dibuatnya. Namun belum selesai raja tertawanya, Abu Nawas berteriak dengan nyaring.
"Hamba minta dihukum pancung !" "Hamba minta dihukum pancung !"
Semua orang yang hadir saat itu dibuat kaget. Mereka bertanya-tanya kenapa Abu Nawas membuat keputusan seperti itu. Sementara itu raja mulai curiga dan sekaligus mulai berpikir tentang kalimat permintaan terakhir dari Abu Nawas tadi.
"Baginda, hamba tadi mengatakan bahwa hamba akan dihukum pancung.Kalau pilihsn hamba benar, maka hamba dihukum pancung. Tetapi dimanakah letak kesalahan pilihan hamba, hingga hamba harus dihukum gantung. Padahal hamba kan memilih dihukum pancung?" jelas Abu Nawas.
Tak disangka olah kata Abu Nawas membuat raja tercengang dan menyadrinya. Dalam hati, raja mengakui kehebatan Abu Nawas. Dan selanjutnya, masalah tersebut masih diusut lagi.
Serlang beberapa hari kemudian, ternyata Abu Nawas hanya difitnah saja oleh si Fulan.
Akankah Abu Nawas mampu menyelesaikan perkara ini? Berikut kisahnya.
- Cara Memilih Jalan
- Harus Bisa Bertelur
- Pendeta dan Ahli Yoga
- Memeras Pemeras
- Mencari Keadilan Dengan Pedang
"Yang mulia, aku ingin melaporkan perbuatan buruk salah satu orang kepercayaan Anda, "kata si Fulan.
"Siapakah dia dan apa yang telah diperbuatnya? "tanya raja.
"Dia adalah orang kepercayaan Paduka, yaitu Abu Nawas. Dia telah melakukan perbuatan keji, yaitu mencuri kalung emas saya, "jawab si Fulan.
Raja pun terkejut, dan meminta si Fulan menceritakan kronologisnya.
"Begini yang mulia, sepertinya Abu Nawas sudah lama mengincar kalung emas saya. Awalnya ia ingin memebeli kalung tersebut, namun hamba tidak ingin menjualnya, "terang si Fulan.
Mendengar hasutan orang tersebut, Abu Nawas pun langsung dipanggil ke istana. Sesampainya di istana, raja memerintahkan prajurit untu memenjarakan Abu Nawas.
"Tunggu sebentar Paduka, sebenarnya ini ada apa hingga pada begitu marah kepada saya, "bela Abu Nawas sembari kebingungan.
Mendengar ucapan Abu Nawas tersebut, raja langsung murka,
"Berani sekali kamu bertanya seperti itu, bukankah kamu sudah mencuri kalung si Fulan?" bentak raja sambil menunjuk si Fulan yang tak jauh dari raja.
"Tidak Paduka, untuk apa saya mencuri kalungnya? "bantah Abu Nawas.
Abu Nawas mulai sadar bahwa dirinya telah difitnah.
"Buktinya, orang ini membawa selendang milikmu, dan aku pernah melihatnmu memakainya, "kata raja.
Abu Nawas memang pemilik selendang tersebut, namun sudah dua hari lamanya selendang tersebut hilang dicuri oleh seseorang.
Dia sudah mencoba menjelaskan beberapa kali sampai lama, namun kayaknya usahanya sia-sia saja.
Dipancung atau Digantung ?
Pada keesokan harinya, dan karena banyaknya hasutan yang dilontarkan si Fulan kepada raja, akhirnya Abu Nawas dijatuhi hukuman mati. Selain itu, baginda juga ingin menguji kepandaianh Abu Nawas dalam perkara ini.
Saatnya hukuman mati diberikan. Sesaat sebelum hukuman mati dilaksanakan, raja sempat menanyakan apa permintaan terakhir Abu Nawas ini.
Dan oh ternyata saat-saat ini yang palking ditunggu oleh Abu Nawas. Abu Nawas minta agar diberi kesempatan untuk memilih hukuman mati dirinya.
"Hamba minta bila pilihan hamba benar, hamba bersedia dihukum pancung. Tapi jika pilihan hamba dianggap salah, maka hamba dihukum gantung saja, "kata Abu Nawas memohon.
"Engkau ini memang orang yang aneh. Saat-saat genting pun masih saja sempat bersenda gurau. Akan tetapi, dsegala tipu muslihatmu tidak akan bisa menyelematkanmu, "ujar baginda.
"Hamba tidak bersenda gurau, Paduka, "kata Abu Nawas.
Raja pun semakin terpingkal-pingkal dibuatnya. Namun belum selesai raja tertawanya, Abu Nawas berteriak dengan nyaring.
"Hamba minta dihukum pancung !" "Hamba minta dihukum pancung !"
Semua orang yang hadir saat itu dibuat kaget. Mereka bertanya-tanya kenapa Abu Nawas membuat keputusan seperti itu. Sementara itu raja mulai curiga dan sekaligus mulai berpikir tentang kalimat permintaan terakhir dari Abu Nawas tadi.
"Baginda, hamba tadi mengatakan bahwa hamba akan dihukum pancung.Kalau pilihsn hamba benar, maka hamba dihukum pancung. Tetapi dimanakah letak kesalahan pilihan hamba, hingga hamba harus dihukum gantung. Padahal hamba kan memilih dihukum pancung?" jelas Abu Nawas.
Tak disangka olah kata Abu Nawas membuat raja tercengang dan menyadrinya. Dalam hati, raja mengakui kehebatan Abu Nawas. Dan selanjutnya, masalah tersebut masih diusut lagi.
Serlang beberapa hari kemudian, ternyata Abu Nawas hanya difitnah saja oleh si Fulan.